IN OUR COUNTRY |
Dikotomi musik tradisional dan modern tidak selalu hitam putih. Musik semakin berwarna. Dua alirannya yang sebelumnya ibarat bumi dan langit. Kini menjadi senyawa yang baru, yang berhasil “mencuri” perhatian masyarakat, khususnya kawula muda. Apalagi kalau bukan, musik tradisional yang dikemas secara modern.
Sekarang masyarakat boleh langsung menikmati musik tradisional dan musik modern dalam satu media. Kolaborasi keduanya mampu melahirkan semangat baru bagi generasi muda dalam mengenal keperibadian bangsa kita. Kepribadian yang terletak di lirik, bait, syair bahkan irama musik tradisional.
Ke-prihatin-an generasi muda kedepan akan meninggalkan musik tradisional sebagai identitas pengingat jati diri, mulai menemukan titik pencerahan. Ide kreasi dan inovasi anak-anak negeri dalam bermusik berhasil “mengawinkan” musik modern dengan musik tradisional, tanpa menghilangkan jati diri musik tradisional tersebut.
Musik tradisional, yang sebelumnya dikenal sebagai musik kuno yang tidak memiliki prospek masa depan, kini mulai dilirik generasi muda. Hal ini tidak terlepas dari “tangan dingin” para musisi tanah air, yang mengubah musik tradisional dalam tampilan yang lebih menjadi lebih “muda” dan menjawab kebutuhan pasar penikmat musik.
Musik modern lebih dikenal karena selalu memperbaharui diri, baik dari segi penggunaan instrumen, kreasi penyajian dan sarat dengan sentuhan teknologi mutakhir. Berbeda halnya dengan musik tradisional, yang menggunakan instrumen statis yang diwariskan secara turun-temurun. Namun, kelebihan musik tradisional lebih dikenal sebagai warisan identitas kedaerahan yang diproyeksikan menjadi salah satu keunggulan daya saing bangsa kedepan.
Salah satu ikon pemersatu musik tersebut adalah musisi Viky Sianipar. Musisi muda multi talenta berdarah batak ini, dikenal sebagai musisi yang mahir mengaransemen musik-musik tradisional agar lebih bisa diterima masyarakat luas.
Beberapa lagu tradisional yang berhasil diaransemen Viky Sianipar adalah Piso Surit, Sinanggar Tullo, Pos Ni Uhur, Si Kacang Koro, Serma Dengan Dengan, Es Lilin dan masih banyak lagi.
Musik tradisional yang diaransemen, dipadu-padankan dengan menggunakan unsur-unsur musik modern agar lebih trendy dan lebih update. Misalnya, penggunaan alat-alat musik modern, penggunaan teknologi, dan lain sebagainya. Hasilnya, musik tradisional kembali mendapatkan tempatnya di hati masyarakat.
Terlepas dari kontroversi yang mengatakan, mengaransemen sebuah musik tradisional akan menghilangkan jiwa dan ruh musik tradisional, tidak selalu benar. Terbukti, beberapa musik tradisional mendapatkan kembali perhatian masyarakat, khususnya generasi muda.
Musik tradisional bisa saja diambang kepunahan, apabila tidak ada usaha yang “berarti” (kreatif-inovatif) untuk memperkenalkan kembali musik tradisional. Mungkin, dengan begini para generasi muda kita akan mencari kembali dan mencintai warisan budayanya. Sehingga, generasi muda kita tidak kehilangan jati diriny
Sumber : Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar