Mendengar kata ”gamelan”, kesan pertama yang muncul pasti, ”Ihh… zadul banget sih. Mana suaranya monoton, hanya tang–tong–tang–tong, enggak jelas! Kalau main gamelan, gua bisa dianggap kuno.” Sabar dulu! Jangan sampe kita ketinggalan informasi sampai enggak mengenal kebudayaan bangsa sendiri.
Sebagai generasi muda, kita wajib mengenal kebudayaan kita. Salah satunya, ya gamelan ini. Gamelan adalah kumpulan alat musik dengan nada pentatonis yang terdiri dari kendang, bonang, demung, saron, dan gong. Gamelan dalam bahasa Jawa berasal dari kata ”gamel” yang berarti menabuh atau memukul. Kata ini diikuti akhiran -an yang menjadikannya sebagai kata benda. Secara sederhana, gamelan dimaknai sebagai alat musik yang cara memainkannya dengan dipukul.
Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka. Dulu, banyak orang menganggap dialah yang menjadi penguasa seluruh Tanah Jawa. Awalnya cuma ada gong yang berfungsi untuk memanggil para dewa. Jika diruntut dari sejarahnya, kemunculan gamelan tidak lepas dari pengaruh budaya Hindu-Buddha di Indonesia yang banyak memberi dampak dalam pembentukan kebudayaan Indonesia, termasuk instrumen alat musiknya yang khas.
Bukti asli tentang keberadaan gamelan ditemukan di Candi Borobudur pada abad ke-8. Pada relief candi terdapat gambar suling bambu, lonceng, kendhang, dan alat musik berdawai yang juga merupakan bagian dari instrumen musik gamelan. Gamelan sang penghibur Oiya, jangan dikira jenis gamelan cuma ada satu, gamelan jawa. Ada juga jenis gamelan lain, seperti gamelan bali, gamelan sunda, gamelan banyuwangi, dan masih banyak lagi. Alat musik gamelan ini pun tidak dimainkan secara individual, tapi bersama- sama sehingga membutuhkan kerja sama dan keselarasan dalam bermain.
Menurut pandangan orang Jawa, irama yang dibentuk dari gamelan mengajak manusia untuk memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan berbicara dan bertindak. Memang benar, memainkan gamelan banyak manfaatnya. Lewat gamelan kita bisa makin akrab dan saling kerja sama satu sama lain. Kalau kita bergabung dengan sanggar gamelan, kita malah bisa dapat teman baru. Gamelan juga melatih kepekaan dan rasa solidaritas. Gara-gara gamelan kita jadi enggak egois lagi. Soalnya, kalau mau main gamelan, suaranya harus harmonis. Ada yang memang jatahnya bermain keras, tapi ada juga yang harus pelan. Harmoni suara gamelan yang teratur itu membuat suara gamelam makin enak didengar.
Guru besar karawitan (seni musik gamelan) dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Prof Dr Rahayu Supanggah, sering sekali menampilkan kelompok gamelannya di luar negeri. Seperti beberapa waktu lalu, dia tampil menggelar Opera Java di Amsterdam, Belanda. Dari situ masyarakat di luar negeri bisa mengenal gamelan. Sampai ada yang ingin sekali belajar cara bermain gamelan. Pak Supanggah ini ternyata juga pernah mengenalkan gamelan kepada para tahanan penjara. Meski awalnya sulit diajak bekerja sama, lama-lama mereka luluh dan mau bekerja sama karena ingin merasakan asyiknya main gamelan. ”Melalui gamelan orang bisa menghilangkan sifat brutal, menambah kreativitas, dan memupuk kerja sama.
Gamelan sekarang sudah multiguna,” ujar Bapak Supanggah. For your info MuDAers, di Amerika Serikat sudah ada 500 perangkat gamelan, di Inggris dan Jepang ada sekitar 100 perangkat gamelan. Di Australia, Jerman, Perancis, dan Singapura hampir setiap sekolah dasar memiliki gamelan. Indonesia seharusnya jangan sampai kalah agar gamelan tidak diambil alih bangsa lain. Gamelan Kontemporer Memang, kalau dilihat-lihat, gamelan terkesan tua. Tapi sekarang gamelan sudah berkembang jadi ”gamelan kontemporer”. Gamelan bisa dikolaborasikan dengan alat musik lain, seperti alat-alat band, orkestra, dan lainnya. Intinya, gamelan bukan hanya jadi alat untuk menampilkan tradisi saja, tapi juga menjadi alat musik yang mampu menghasilkan bunyi seperti yang kita inginkan.
Mas Djaduk Ferianto, salah satu pemusik gamelan kontemporer, pernah mengatakan kalau gamelan kontemporer inilah yang dikembangkan untuk menarik minat remaja Indonesia agar mulai mencintai gamelan. Karena bisa dikolaborasikan dengan alat musik lain, akan muncul kombinasi baru dari suara gamelan. Hal ini malah membuat gamelan makin keren. Gamelan enggak lagi kelihatan kuno, malah jadi alat musik yang up to date. Lewat alat ini, bukan cuma tradisi gamelan aja yang makin berkembang, tapi kita juga bisa belajar mencintai dan melestarikan kebudayaan Indonesia. So, cintailah kebudayaan Indonesia dengan mencintai gamelan.
Mari menabuh gamelan! (Tim MuDA SMA Seminari Mertoyudan, Magelang : Dion Lintang, Lanang Putro, Agiornamento Saintio, Dian Kurniawan, Bondika Widyaputra, Nikolaus Harbowo)
1. Bapak FX Purwandi (guru karawitan) Melalui gamelan secara tidak langsung kita juga mengembangkan kebudayaan. Kalau dikaitkan dengan kaum muda saat ini, cara melestarikan gamelan ya melalui lembaga pendidikan. Siswa awalnya tidak suka. Tapi, ketika sudah mencoba, jadi suka dan ingin mengembangkannya. Perlu diketahui, gamelan bisa membantu seseorang berolah rasa sehingga dapat mengolah kepribadian, mengasah kepekaan, dan membentuk karakter diri yang khas.
2. Agustinus Kartono (siswa SMA Seminari Mertoyudan, Magelang) Aku kenal gamelan sejak kelas dua SD. Aku mencintai gamelan karena sekolahku punya kelas untuk belajar setelah kelompok gamelan sekolahku menang kejuaraan. Sejak itu aku terus menekuni dan mencintai gamelan sampai sekarang. Pokoknya gamelan itu hidupku. Aku belajar kesabaran lewat gamelan.
3. Joshua Giri Winarto (siswa SMA Seminari Mertoyudan, Magelang) Aku belum pernah memainkan gamelan. Tapi waktu dengar suara gamelan yang maknyesss itu, aku jadi pengin merasakan enaknya memainkan gamelan. Pasti asyik.
4. Agustina Dhevin Merinda (siswi SMA Tarakanita, Magelang) Ngomongin gamelan sama saja ngomongin hal yang membosankan. Tapi aku tertarik dengan gamelan yang dikolaborasikan dengan alat-alat band. Ini baru keren. Walau aku enggak begitu suka dengan gamelan, tapi gamelan harus tetap dijaga dan dilestarikan.
1. Sadari bahwa kita punya aset berharga bernama gamelan. Ada satu fenomena janggal tentang gamelan, ketika gamelan kurang diminati kaum muda Indonesia, orang-orang di negeri lain malah mengagumi dan mempelajari gamelan. Kalau seperti ini terus, apakah di masa depan kita harus belajar gamelan dari negeri lain? Heeii, gamelan adalah salah satu kebudayaan kita yang paling khas. Wajar kalau kita harus memelihara dan melestarikan aset berharga ini.
2. Jangan negative thinking dulu kalau dengar kata gamelan Kalau mendengar kata gamelan, kebanyakan dari kita pasti berpikir tentang musik zadul. Padahal, gamelan juga bisa digunakan untuk memainkan lagu pop yang akrab di telinga kita. Apalagi sekarang ada gamelan kontemporer.
3. Kalau ada ekskul gamelan, jangan ragu untuk gabung. Mungkin kita merasa malu ikut ekskul gamelan di sekolah. Takut dikatain cupu, kuper, dan sebagainya. Padahal, gamelan enggak kalah sama alat musik lain, lho. Kalau mau mencoba sensasi yang lain, coba kolaborasikan gamelan dengan alat musik lain. Pasti seru.
4. Bikin acara yang melibatkan gamelan. Akhir-akhir ini banyak banget sekolah yang menggelar event seperti pensi. Daripada isinya cuma band-band saja, coba sajikan gamelan sebagai salah satu alat musiknya. Hitung-hitung cari suasana dan inovasi baru. Jadi, kita juga bisa sekaligus memopulerkan gamelan sama orang-orang yang datang.
5. Berani mencoba Dari semua uraian di atas, yang terpenting kita harus mencoba main gamelan dulu. Kalau kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah kamu.…
Sumber : Kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar